Kisah Syeh Ghobah Orang Pertama Kali Yang Menginjakkan Kaki Di Tanah Jawa

Kisah Syeh Ghobah Orang Pertama Kali Yang Menginjakkan Kaki Di Tanah Jawa

 Kisah Syeh Ghobah Orang Pertama Kali Yang Menginjakkan Kaki Di Tanah Jawa


TANAH YG SANGT KERAMAT 


♦️ Tumbal Tanah Jawa

Tanah Jowo, jika dilihat dari Negara lain, laksana istana berlian, terang seperti lampu. Seluruh orang di dunia ingin datang dan ingin memiliki pulau Jawa. 

Kisah Syeh Ghobah Orang Pertama Kali Yang Menginjakkan Kaki Di Tanah Jawa    TANAH YG SANGT KERAMAT     ♦️ Tumbal Tanah Jawa  Tanah Jowo, jika dilihat dari Negara lain, laksana istana berlian, terang seperti lampu. Seluruh orang di dunia ingin datang dan ingin memiliki pulau Jawa.       Pada waktu itu, pulau Jawa angkernya bukan main, setiap ada orang yang mau datang ke pulau Jawa, belum sampai menginjakkan kakinya, sudah meninggal dunia.    Karena pulau Jawa dihuni oleh jutaan bangsa jin, rajanya jin bernama Eyang Noyo Genggong. Alhasil, seluruh dunia, tidak ada yang bisa menaklukkan tanah Jawa.    Ada satu orang yang punya kekuatan ampuh, namanya Syeh Ghobah. Dia berhasil masuk ke pulau Jawa, karena kesaktiannya itu, semua bangsa jin tidak berani melawannya.  Demi anak cucu supaya bisa tinggal di tanah Jawa, Syeh Ghobah melakukan tirakat di Gunung Tidar selama 200 tahun.    Meskipun Syeh Ghobah sakti, tapi dia tetap tidak bisa mengusir para demit dan kerajaannya.  Sekali lagi, seluruh dunia tidak ada yang bisa menaklukkan angkernya tanah Jawa.  Yang bisa menaklukkan pulau Jawa cuma cucunya Kanjeng Nabi, yakni Sayyid Muhammad Al-Baqir, dikenal dengan nama Syekh Subakir.    Syekh Subakir masuk ke pulau Jawa dan mengusir para demit priprayangan dengan menggunakan kalimat.    سبحان من اهتجب بجبرته عن خلقه ولاعين تراه لاندا ولاندا سواه    “Subhana man ihtajaba bijabarutihi an kholqihi wala ainun tarohu la nidda wa la nidda siwahu.”    Ketika kalimat diatas dibaca oleh Syekh Subakir, seketika itu juga tanah Jawa langsung gonjang ganjing. Kerajaan jin yang selama ini menguasai jagat langsung hancur berantakan, para demit lari berhamburan menuju laut selatan. Semua jin penghuni tanah Jawa habis, yang tersisa cuma rajanya, Eyang Noyo Genggong.    Eyang Noyo Genggong menghampiri Syekh Subakir yang sedang wiridan dan mengajaknya singgah ke kerajaan jin yang bermarkas di Alas Purwo.    Eyang Noyo Genggong lalu berkata:  “Sayyid..! bala tentaraku poro demit priprayangan wes nyingkreh tekok tanah Jowo, manggon nang segoro kidol.    Tapi Sayyid, Monggo pulau Jowo niki disawang tekok wetan, pulau Jowo niki koyok prahu mereng ngidol.    Artine anak putune Sayyid ora bakal krasan manggon nang tanah seng miring ngidol.”  Sayyid Muhammad al-Baqir lalu meminta bantuan kepada malaikat untuk mengangkat pulau Jawa agar tidak miring ke selatan.  Eyang Noyo Genggong lalu melanjutkan:    “Sayyid…! Senajan tanah Jowo niki saget jejek, tapi suatu saat tanah Jowo niki saget mereng ngidol maneh, amergi pulau Jowo niki letak e ten nduwure ombak segoro. Supoyo ora kesusu mereng ngidol, monggo dipon paring tumbal.”    Tumbalnya pun dipasang, siapa tumbalnya itu?  Mereka adalah anak cucunya Kanjeng Nabi yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Makanya seluruh makamnya Wali Songo ada di utara Jawa.    Suatu hari nanti, kalau tumbal-tumbal itu sudah tidak dihiraukan lagi, maka tumbalnya akan kembali ke tanah suci, gelem ora gelem, pulau Jowo bakal mereng ngidol maneh.  Pertanyaannya sekarang, apakah tanah Jawa sudah kembali miring ke selatan?  Jawabannya: sudah.    Kemarin Gunung kelud meletus, arah meletusnya ke timur dan utara. Menurut perkiraan, Pare dan Mojokerto bakal hancur terkena lahar panas. Tapi anehnya, lahar yang ambyor ke timur dan utara puter ke arah barat, naik ke gunung, lalu anjlok nang segoro kidol.  Ini menandakan bahwa pulau Jawa ini sudah miring ke selatan.    Pantes nek bencana ora pernah leren, gempa bumi dan sunami, mergo pulau Jowo wes mablek tekok asale, mereng! Makanya Eyang Ronggowarsito (Syekh Burhanuddin) dawuh:  “Dimulai dari jaman Jepang, tidak sampai 500 tahun, pulau Jawa bakal kelem menjadi lautan.”  Wallahu A’lam.    📚 ✍️ 📜 ; *Kisah ini disarikan dari Ngaji Mbah Kyai Husein Ilyas Mojokerto pada 7 Mei 2017 di Mojokerto.    📷 : Makam Syekh Subakir gunung tidar Magelang...    اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ‎ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ


Pada waktu itu, pulau Jawa angkernya bukan main, setiap ada orang yang mau datang ke pulau Jawa, belum sampai menginjakkan kakinya, sudah meninggal dunia.


Karena pulau Jawa dihuni oleh jutaan bangsa jin, rajanya jin bernama Eyang Noyo Genggong. Alhasil, seluruh dunia, tidak ada yang bisa menaklukkan tanah Jawa.


Ada satu orang yang punya kekuatan ampuh, namanya Syeh Ghobah. Dia berhasil masuk ke pulau Jawa, karena kesaktiannya itu, semua bangsa jin tidak berani melawannya.

Demi anak cucu supaya bisa tinggal di tanah Jawa, Syeh Ghobah melakukan tirakat di Gunung Tidar selama 200 tahun.


Meskipun Syeh Ghobah sakti, tapi dia tetap tidak bisa mengusir para demit dan kerajaannya.

Sekali lagi, seluruh dunia tidak ada yang bisa menaklukkan angkernya tanah Jawa.

Yang bisa menaklukkan pulau Jawa cuma cucunya Kanjeng Nabi, yakni Sayyid Muhammad Al-Baqir, dikenal dengan nama Syekh Subakir.


Syekh Subakir masuk ke pulau Jawa dan mengusir para demit priprayangan dengan menggunakan kalimat.


سبحان من اهتجب بجبرته عن خلقه ولاعين تراه لاندا ولاندا سواه


“Subhana man ihtajaba bijabarutihi an kholqihi wala ainun tarohu la nidda wa la nidda siwahu.”


Ketika kalimat diatas dibaca oleh Syekh Subakir, seketika itu juga tanah Jawa langsung gonjang ganjing. Kerajaan jin yang selama ini menguasai jagat langsung hancur berantakan, para demit lari berhamburan menuju laut selatan. Semua jin penghuni tanah Jawa habis, yang tersisa cuma rajanya, Eyang Noyo Genggong.


Eyang Noyo Genggong menghampiri Syekh Subakir yang sedang wiridan dan mengajaknya singgah ke kerajaan jin yang bermarkas di Alas Purwo.


Eyang Noyo Genggong lalu berkata:

“Sayyid..! bala tentaraku poro demit priprayangan wes nyingkreh tekok tanah Jowo, manggon nang segoro kidol.


Tapi Sayyid, Monggo pulau Jowo niki disawang tekok wetan, pulau Jowo niki koyok prahu mereng ngidol.


Artine anak putune Sayyid ora bakal krasan manggon nang tanah seng miring ngidol.”

Sayyid Muhammad al-Baqir lalu meminta bantuan kepada malaikat untuk mengangkat pulau Jawa agar tidak miring ke selatan.

Eyang Noyo Genggong lalu melanjutkan:


“Sayyid…! Senajan tanah Jowo niki saget jejek, tapi suatu saat tanah Jowo niki saget mereng ngidol maneh, amergi pulau Jowo niki letak e ten nduwure ombak segoro. Supoyo ora kesusu mereng ngidol, monggo dipon paring tumbal.”


Tumbalnya pun dipasang, siapa tumbalnya itu?

Mereka adalah anak cucunya Kanjeng Nabi yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Makanya seluruh makamnya Wali Songo ada di utara Jawa.


Suatu hari nanti, kalau tumbal-tumbal itu sudah tidak dihiraukan lagi, maka tumbalnya akan kembali ke tanah suci, gelem ora gelem, pulau Jowo bakal mereng ngidol maneh.

Pertanyaannya sekarang, apakah tanah Jawa sudah kembali miring ke selatan?

Jawabannya: sudah.


Kemarin Gunung kelud meletus, arah meletusnya ke timur dan utara. Menurut perkiraan, Pare dan Mojokerto bakal hancur terkena lahar panas. Tapi anehnya, lahar yang ambyor ke timur dan utara puter ke arah barat, naik ke gunung, lalu anjlok nang segoro kidol.

Ini menandakan bahwa pulau Jawa ini sudah miring ke selatan.


Pantes nek bencana ora pernah leren, gempa bumi dan sunami, mergo pulau Jowo wes mablek tekok asale, mereng! Makanya Eyang Ronggowarsito (Syekh Burhanuddin) dawuh:

“Dimulai dari jaman Jepang, tidak sampai 500 tahun, pulau Jawa bakal kelem menjadi lautan.”

Wallahu A’lam.


📚 ✍️ 📜 ; *Kisah ini disarikan dari Ngaji Mbah Kyai Husein Ilyas Mojokerto pada 7 Mei 2017 di Mojokerto.


📷 : Makam Syekh Subakir gunung tidar Magelang...


اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ‎ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ