Teknik Barrataga, Rumah Tahan Gempa Karya Ilmuwan Indonesia

Teknik Barrataga, Rumah Tahan Gempa Karya Ilmuwan Indonesia

  Teknik Barrataga, Rumah Tahan Gempa Karya Ilmuwan Indonesia



ratusan orang meninggal dan ribuan bangunan rusak akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di Cianjur Jawa Barat. gempa bumi memang mustahil dicegah tapi risiko jatuhnya korban jiwa bisa diantisipasi, jika bangunan yang berdiri memenuhi standar aman goncangan gempa. 

Teknik Barrataga, Rumah Tahan Gempa Karya Ilmuwan Indonesia   ratusan orang meninggal dan ribuan bangunan rusak akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di Cianjur Jawa Barat. gempa bumi memang mustahil dicegah tapi risiko jatuhnya korban jiwa bisa diantisipasi, jika bangunan yang berdiri memenuhi standar aman goncangan gempa.   inilah simulasi rumah tahan gempa yang dilakukan seorang insinyur ahli bangunan. sejak 1962 Teddy telah mempelajari teknik rekayasa gempa di Jepang. Iya kemudian mengembangkan teknik penguatan rumah rakyat dengan cara melapisi dinding batang menggunakan kawat di kedua Sisi rumah.   Paku payung digunakan sebagai dudukan kawat anyam, kawat anyam yang digunakan memiliki ketebalan 2,5 cm. setiap sisi yang telah dilapisi kawat itu lalu di plester campuran semen dan pasir setebal 2 cm. lapisan inilah yang disebut dengan Fero semen.   Teknik ini diklaim jauh lebih mudah serta lebih murah dibandingkan dengan teknik pemasangan tulangan kolom praktis, tulangan balok praktis. menurut Teddy mayoritas rumah baik di perkotaan maupun perdesaan yang berada di zona gempa umumnya belum mengikuti standar aman dari goncangan gempa.   konsep rumah tahan gempa juga dikembangkan guru besar Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.  ia mengembangkan teknik bernama barataga, barataga merupakan singkatan dari bangunan rakyat tahan gempa.    Teknik ini memiliki prinsip dasar dengan memberi pengikat-pengikat praktis dari beton untuk memperkokoh bangunan. Teknik ini juga dilakukan dengan cara memberi lapisan pasir di bawah pondasi bangunan yang berfungsi sebagai bantalan yang meredam gaya gempa.   sistem barataga ini diklaim dapat menahan guncangan gempa sampai 7 Hingga 8 magnitudo. Semoga bermanfaat.


 inilah simulasi rumah tahan gempa yang dilakukan seorang insinyur ahli bangunan. sejak 1962 Teddy telah mempelajari teknik rekayasa gempa di Jepang. Iya kemudian mengembangkan teknik penguatan rumah rakyat dengan cara melapisi dinding batang menggunakan kawat di kedua Sisi rumah.


 Paku payung digunakan sebagai dudukan kawat anyam, kawat anyam yang digunakan memiliki ketebalan 2,5 cm. setiap sisi yang telah dilapisi kawat itu lalu di plester campuran semen dan pasir setebal 2 cm. lapisan inilah yang disebut dengan Fero semen.


 Teknik ini diklaim jauh lebih mudah serta lebih murah dibandingkan dengan teknik pemasangan tulangan kolom praktis, tulangan balok praktis. menurut Teddy mayoritas rumah baik di perkotaan maupun perdesaan yang berada di zona gempa umumnya belum mengikuti standar aman dari goncangan gempa.


 konsep rumah tahan gempa juga dikembangkan guru besar Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. ia mengembangkan teknik bernama barataga, barataga merupakan singkatan dari bangunan rakyat tahan gempa.


  Teknik ini memiliki prinsip dasar dengan memberi pengikat-pengikat praktis dari beton untuk memperkokoh bangunan. Teknik ini juga dilakukan dengan cara memberi lapisan pasir di bawah pondasi bangunan yang berfungsi sebagai bantalan yang meredam gaya gempa.


 sistem barataga ini diklaim dapat menahan guncangan gempa sampai 7 Hingga 8 magnitudo. Semoga bermanfaat.